ARTIKEL
Oleh Hj. Jamilah Fitriah S.sos., MM
Pustakawan
Ahli Madya
Masyarakat
Indonesia memiliki permasalahan dalam hal minat baca, Berdasarkan hasil survei
negara berkembang oleh PISA (The
Programme for International Student Assessment) bahwa Negara Indonesia
menduduki peringkat kedua terbawah atauhanya denganrata-rata indeks 0,01 dalam
hal minat membaca. Apabila dibandingkan dengan negara maju rata-rata indeks
membaca adalah 0,45 sampai dengan 0,62, sehingga hal ini menjelaskan bahwa
tingkat minat baca Negara Indonesia masih sangat rendah.
Khusus untuk Kota Tana Paser
daerah Kabupaten Paser, masih banyak
daerah dan golongan masyarakat yang belum terjangkau
pelayanan perpustakaan, padahal tujuan perpustakaan adalah memenuhi kebutuhan informasi agar menambah
wawasan dan pengetahuan, namun sebelum masyarakat butuh akan informasi tersebut
harus diawali dengan gemar membaca. Kabupaten Paser adalah salah satu kabupaten yang
ada di Provinsi Kalimantan Timur dengan
ibukota terletak di Kota Tana Paser, penduduk Kabupaten Paser pada tahun 2019 berjumlah 265.148 jiwa. Masyarakat harus sadar betapa pentingnya sebuah informasi karena
dengan banyaknya informasi yang didapatkan
bisa meningkatkan
kualitasdankompetensi yang ada pada masing-masing
individu. Salahsatuelemen penting yang harus diperhatikan adalah minat baca yang tinggi. Membaca seharusnya
dapat dilakukan oleh berbagai
macam kalangan masyarakat seperti anak putus sekolah, anak
tidak mampu, anak jalanan, anak berkebutuhan khusus dan lainnya.
Namun keterbatasan informasi serta keterjangkauan pelayanan yang kurang luas, menyebabkan masyarakat golongan tersebut menjadi semakin tertinggal akan ilmu pengetahuan.
Dalam
era modern saat ini, anak-anak semakin dipengaruhi oleh perkembangan media elektronik serta penggunaan media sosial seperti facebook,
Instagram, path, game online, twitter, whatsupp, line
dan lain sebagainya, hal ini menyebabkan minat membaca buku semakin
berkurang. Penggunaan media sosial tanpa adanya control yang baik dari
orang tua dapat membuat anakmenjadi malasuntukmembaca
buku serta lingkungan sosial sangat mempengaruhi perilaku. Anak-anak yang kurang beruntung seharusnya mendapatkan kesempatan dan perhatian lebih untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, karena minat baca harus ditumbuhkan sejak dini namun hal ini tidaklah mudah, Perpustakaan
sebagai lembaga yang bertugas
untuk meningkatkan minat baca harus memiliki rencana
dan strategi.
Dikondisi
seperti ini banyak waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan melakukan hal-hal
positif salah satunya membaca, bagi anak jalanan mereka banyak menghabiskan
waktu untuk mencari nafkah dalam memenuhi kehidupan sehari-hari dan menjadikan
jalanan sebagai tempat tinggal, aktivitas yang dilakukan anak jalanan
bervariasi seperti mengemis, mengamen, berkeliaran dijalan dan suka bergerombol
dengan sesama kelompok anak jalanan. Kemudian bagi anak-anak yang kurang mampu
banyak membantu orang tua untuk bekerja dan banyak bermain bersama
teman-temannya. Padahal perpustakaan sebagai pemberi pelayanan informasi secara
terbuka untuk menyediakan bahan bacaan dalam mengisi waktu luang bagi yang
membutuhkan. Hal ini memberi sebuah pandangan bahwa banyak masyarakat yang
membutuhkan untuk diberi perhatian dan pendidikan yang layak karena sebenarnya
mereka memiliki kemampuan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan sebuah solusi agar minat baca semakin meningkat, terdapat dua sebab utama dalam permasalahan minat baca yakni personal dan institusional. Sebab personal berdasarkan dari dalam diri manusia itu sendiri dan institusional adalah tidak adanya fasilitas membaca. Perpustakaan merupakan sarana untuk melakukan aktivitas membaca, namun di era saat ini banyak orang cenderung memilih sesuatu yang mudah. Penggunaan konsep perpustakaan jalanan dapat menjadi solusi yang saat ini ramai diperbincangkan hampir diseluruh daerah Indonesia. Perpustakaan jalanan adalah sebuah tempat membaca yang menyediakan buku-buku pengetahuan berlokasi di pinggir jalan, kegiatan yang dilakukan biasanya menggelar lapak. Konsep perpustakaan jalanan diharapkan dapat mengakomodasi keinginan masyarakat untuk membaca dengan bahan bacaan yang lebih dekat yang diletakkan di tempat keramaian seperti siring (alun-alun) maupun taman kota.
Perpustakaan jalanan biasa dikelola oleh komunitas-komunitas yang secara sukarela membantu didalam menyediakan fasilitas membaca. Khusus untuk anak-anak yang bependidikan kurang dan anak berkebutuhan khusus perlunya untuk diberikan bimbingan dan diajak untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan konsep perpustakaan jalanan, kepedulian terhadap budaya membaca sangat penting karena dengan membaca akan membuka wawasan menjadi lebih luas dan selalu dapat mengikuti perkembangan zaman.