Berita:Batu Bara Habis, Paser Sudah Siap

Siaran Pers

Ketergantungan Kabupaten Paser terhadap sumber daya alam (SDA) yang tak terbarukan seperti  tambang batu bara, membuat Paser menjadi yang terendah pertumbuhan ekonominya selama 2016.


DARI  hasil survei  yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Paser,  tahun 2016 pertumbuhan ekonomi  Kabupaten Paser  minus 4,79 persen, dan ini terjadi karena ketergantungan pada sektor pertambangan akibat turunya harga batu bara sepanjang tahun 2016.

Sektor pertambangan batu bara sudah pasti akan mati seiring dengan habisnya sumber daya mineral yang tidak bisa diperbaharui itu. Jika Paser selama ini terbuai dengan pendapatan dari sektor pertambangan batu bara, maka hampir dipastikan pasca penutupan tambang batubara akan meninggalkan persoalan turunan.

Bahkan, menurut ketua Forum Corporate Social Responsibility (CSR) Paser Suriyanto saat rapat optimalisasi pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan atau CSR yang digelar di ruang rapat Sadurengas Kantor Bupati baru-baru ini, potensi batu bara di wilayah Paser hanya bertahan hingga 70 tahun.

Berdasarkan survei BPS , meskipun pertumbuhan ekonomi kabupaten paling selatan di provinsi Kaltim ini minus, namun disebutkan sector  pertanian dan perdagangan atau industry pengolahan  tetap tumbuh dalam lima tahun terakhir yakni sebesar 3,60 persen. Artinya, jika potensi batu bara habis,  akan tergantikan dengan potensi pertanian dalam arti luas dan sector perkebunan.

Kondisi perekonomian Paser yang dianggap masih belum menggembirakan dan menyebabkan perlambatan ekonomi daerah ini,  disebut perlu disikapi dengan membuat langkah strategis dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Bumi Daya Taka Paser.

Menanggapi hal ini, bupati Paser H Yusriansyah Syarkawi mengatakan bahwa Kabupaten Paser  akan menggunakan berbagai potensi yang ada untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satunya adalah pada sektor pertanian dalam arti luas dan sector perkebunan.

Untuk diketahui, kabupaten Paser menjadi salah satu kabupaten di provinsi Kaltim  untuk angka pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan di 2016. Yang menarik, penurunan pertumbuan ekonomi di Kabupaten Paser ini  disampaikan langsung oleh Presiden RI.

          Penyampaian Presiden Joko Widodo terkait pertumbuhan dan inflasi di daerah disampaikan saat pengarahan Presiden kepada para Gubernur, Bupati dan Wali Kota Seluruh Indonesia yang saat itu dihadiri langsung Bupati Paser H Yusriansyah Syarkawi pada  10 Oktober 2017 lalu di Istana Negara.

Apa yang disampikan Bupati Yusriansyah  cukup beralasan. Pasalnya, seperti yang pernah disampaikan Kadis Pertanian Kaltim  Dr Ibrahim,  kontribusi Kabupaten Paser cukup besar dalam pemenuhan ketersedian pangan di Kaltim, khususnya komoditas padi, jagung, kedelai (pajale) yang menjadi target program pemerintah pusat dalam pencapaian swasembada pangan.

Kontribusi Kabupaten Paser sebutnya  antara lain untuk padi mampu memenuhi 13,36 persen atau menempati peringkat ketiga dari 10 kabupaten/kota se- Kaltim. Kemudian komoditas jagung menempati peringkat keempat pemenuhannya dengan persentase 5,25 persen. Sedangkan pemenuhan ketersedian kedelai mencapai 15,43 persen untuk Kaltim.

Kontribusi pemenuhan ketersedian pangan di Paser menurut mantan Penjabat Bupati Paser ini  merupakan hasil campur tangan pemerintah melalui berbagai program peningkatan produksi sektor pertanian yang terus dilakukan hingga kini. 

Dari dukungan lahan dan komitmen pemerintah daerah, kemudian Kabupaten Paser menjadi salah satu daerah yang ditetapkan oleh Kaltim sebagai sentra pengembangan pertanian. Hasilnya, terjadi peningkatan produksi cukup signifikan di Paser.

Pada 2015 menurut data BPS Kaltim berdasarkan angka tetap, produksi padi di Paser sebanyak 36.291 ton gabah kering giling (GKG), sedangkan berdasarkan angka sementara 2016 telah meningkat menjadi 40.745 ton GKG.Untuk komoditas jagung, angka tetap 2015 di Paser sebanyak 1.058 ton pipilan kering, sedangkan berdasarkan angka sementara 2016 naik menjadi 1.170 ton pipilan kering.

Sedangkan  untuk komoditas kedelai di Paser, berdasarkan angka tetap 2015  sebanyak 137 ton kedelai kering, meningkat menjadi 115 ton karena berdasarkan angka sementara 2016 produksi kedelainya sudah naik menjadi 252 ton.

Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara melalui peningkatan ekspor .

Sementara untuk subsektor perkebunan di Kabupaten Paser berdasarkan data yang ada,  selama ini telah memainkan peran yang cukup signifikan dalam pembangunan sosial ekonomi masyarakat dan wilayah Kabupaten Paser melalui kontribusi yang besar dalam pembentukan PDRB.

Potensi perkebunan di Kabupaten Paser hingga tahun 2005 memiliki areal perkebunan seluas 79 .592,82 Ha dengan komoditas yang dominan adalah kelapa sawit seluas 64.468,68 Ha dan karet 6 .352,00 Ha. Ada tiga pola usaha pengembangan perkebunan di Kabupaten Paser, yakni  Perkebunan Besar Negara (PBN) oleh  PTPN. Hingga akhir tahun 2005, luas kebun kelapa sawit mencapai 13 .526 hektare.

Sedangkan Perkebunan Besar Swasta (PBS) Ada delapan perusahaan besar swasta yang aktif di Kabupaten Paser, seluruhnya mengusahakan tanaman kelapa sawit  mencapai 14 .798,17 hektare, dan hingga akhir tahun 2005 luas perkebunan sawit rakyat telah mencapai 36.144,51 Ha dengan didukung pabrik CPO kelapa sawit baik yang dikelola PTPN maupun swasta.  (harmin/staf PemHumas)


 

Bagikan ke :

Banner

shadow

Berita Terkait

Dimuat dalam 0.2353 detik dengan memori 0.71MB.