Berita:Pelatihan Jarak Jauh dan Lima Budaya Kerja

Siaran Pers

Oleh Ismail, M.Pd.I

(Waka Humas dan Guru Fikih MAN IC Paser)

Tana Paser - Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di era melenial ini semakin menuntut penguasaan  TIK tersebut bagi setiap insan pendidikan tanpa kecuali guru madrasah. Untuk itulah kompetensi di bidang TIK ini perlu senantiasa ditingkatkan, salah satunya dengan mengikuti pelatihan atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dalam hal ini, penulis bersama dengan kawan-kawan guru Madrasah Aliyah (MA) se Kabupaten Paser yang berjumlah 36 orang telah mengikuti PJJ TIK MA Angkatan ke-3 se Kabupaten Paser 2020 yang diselenggarakan dan difasilitasi oleh Badan Diklat Keagamaan (BDK) Banjarmasin, dari 16 sampai 29 September 2020. Berikut beberapa catatan yang sempat penulis rekam dan sajikan.

Siapa pun yang ingin sukses dalam bidang apa pun termasuk sukses mengikuti pelatihan, setidaknya ada empat hal yang sejatinya dimiliki oleh setiap peserta. Pertama, displin. Baik disiplin waktu, administrasi, maupun disiplin dalam pekerjaan atau tugas. Kedua, fokus. Dengan fokus pada pekerjaan apa pun yang digeluti akan melahirkan kesungguhan, keseriusan, dan kegairahan dalam bekerja. Ketiga, ikhlas. Dalam agama, ikhlas ini sebenarnya kunci diterima atau tidaknya amal atau pekerjaan kita. Ibarat tubuh, ikhlas itu adalah ruhnya. Anda bisa bayangkan, bagaimana jika jasad tanpa roh. Orang yang ikhlas akan senang dan mencintai pekerjaannya. Dalam pelatihan berarti ia suka dan mencintai pelatihan. Peserta yang ikhlas tidak pernah mengeluhkan banyaknya materi atau tugas yang diberikan. Bahkan ia enjoy dan asyik melakoni meskipun barangkali awalnya ia perlu beradaptasi dengan situasi, kondisi, dan lingkungan pelatihan. Keempat, Kerjasama. Dalam pelatihan kerjasama termasuk hal yang tak kalah pentingnya dibandingkan dengan aspek lainnya. Tanpa kerja sama antarpeserta, kerja sama antara peserta dengan panitia, dan kerja sama antara peserta dengan nara sumber, mustahil kegiatan pelatihan akan berjalan lancar dan sukses.

Sepanjang pengamatan dan pengetahuan penulis, selama mengikuti PJJ keempat hal tersebut sudah dimiliki dan diterapkan oleh para peserta. Terbukti, semua peserta dinyatakan telah selesai mengikuti kegiatan (sampai tulisan ini dibuat, belum diumukan oleh panitia tentang kelulusan peserta). Tapi penulis yakin, jika empat hal di atas benar-benar dilaksanakan, semua peserta pasti akan sukses dan dinyatakan lulus ditandai dengan sertifikat dari panitia.

Sebagaimana dinyatakan oleh Kasubag Tata Usaha BDK Banjarmasin, Mukhiar, S.Pd., M.Pd, bahwa keberhasilan mengikuti PJJ tidak hanya ditandai dengan mendapatkan sertifikat, tapi yang terpenting adalah bagaimana setiap peserta (guru) setelah mengikuti kegiatan PJJ bisa menindaklanjuti dan menerapkan segala ilmu, keteramapilan, dan sikap yang didapatkan kepada para peserta didik di lingkungan kerja masing-masing. Diharapkan setelah mengikuti PJJ, semua guru akan semakin baik dan meningkat pengetahuannya tentang TIK, semakin terampil menggunakan teknologi dan media pembelajaran serta semakin berkepribadian atau berakhalakul karimah kepada peserta didiknya. Pasca mengikuti PJJ, semua guru diharapkan semakin bermutu. Guru bermutu itu indikatornya adalah menguasai TIK, khususnya teknologi pembelajaran, kompeten dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan menganalisis setiap pembelajaran yang dilakukan. Dengan menguasai teknologi dan media pembelajaran, insyaallah akan semakin mempermudah guru dalam melaksanakan tugas pokoknya, yakni merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menganalisis pembelajaran.

Jika dikaitkan dengan lima budaya kerja kementerian agama, maka setelah mengikuti PJJ diharapkan kepada seluruh peserta (guru) semakin meningkat integritas, profesionalitas, inovasi, tanggung jawab, dan keteladannya.

Pasca PJJ, sejatinya guru semakin jujur dan benar. Antara kata, sikap, dan tindakannya selalu seiya sekata. Dalam menyampaikan ilmu  hanya mentransper ilmu yang benar sesuai dengan data dan fakta. Demikian pula dalam memberikan penilaian siswa, juga dengan penilaian yang benar, objektif, tanpa subjektivitas dan rasa like and dislike.

Pasca PJJ, guru semakin profesional. Guru professional antara lain ditandai dengan bekerja secara disiplin. Baik disiplin waktu maupun disiplin kerja. Juga memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing, plus menguasai teknologi pembelajaran sesuai zamannya.

Pasca PJJ, guru semakin berinovasi dalam arti menyempurnakan yang sudah ada dan mengkreasi hal baru yang lebih baik. Dengan kata lain, guru harus senantiasa melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Ia harus selalu meng-upgrade dam meng-update diri agar tidak tergilas dengan perkembangan zaman, terutama terkait dengan perubahan TIK yang sangat cepat dan masif.

Pasca PJJ, semua guru diharapkan semakin bertanggung jawab dalam arti bekerja secara ikhlas, cerdas, dan tuntas serta istiqamah dengan pekerjaannya. Guru yang bertanggung jawab adalah guru yang selalu berusaha menuntaskan pekerjaannya dengan penuh dedikasi dan komitmen sebagai guru sejati. Dalam Islam, bertangung jawab itu bukan hanya kepada atasan di instansi guru mengabdi, tapi yang terpenting pertangungjawabannya kepada Sang Maha Kreator, Allah Yang Maha Karya di akhirat kelak. Di samping bertanggung jawab atas pekerjaannya, yang terberat namun mulia adalah membawa dan mengawal peserta didik menjadi insan cendekia, manusia yang cerdas intelektualnya, cerdas hati, dan cerdas akhlaknya.

Terakhir, Pasca PJJ sejatinya semua guru yang mengikuti pelatihan semakin menjadi teladan bagi siapa pun, wabil khusus bagi peserta didiknya. Ingat wahai saudaraku, guru itu ditiru dan digugu. Apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh guru akan ditiru dan digugu oleh peserta didik. Oleh karena itu, jadilah contoh dan model terbaik di hadapan peserta didik. Sebagaimana dicontohkan oleh Guru Terbaik manusia, insanul kamil, Nabi Muhammad saw. Jadilah teladan dalam kejujuran, teladan dalam amanah, teladan dalam tabligh, dan teladan dalam fathonah. Percayalah saudaraku, jika kita ingin ditiru dan digugu oleh peserta didik kita, jadilah contoh dan model terbaik dulu. Sebelum mengimpikan peserta didik kita menjadi generasi yang cerdas dan berakhlak mulia, jadilah guru yang cerdas dan berakhlak mulia lebih dahulu. Wallahu A’lam. (Humas)

Bagikan ke :

Banner

shadow

Berita Terkait

Dimuat dalam 0.1866 detik dengan memori 0.95MB.