TANA PASER – Pandemi Covid-19 benar-benar membuat perubahan yang drastis bagi dunia pendidikan, tetutama di pedalaman yang masyarakatnya memiliki akses terbatas pada jaringan telekomunikasi. Contoh masyarakat Pinang Jatus dan Belimbing, dua desa berdampingan di wilayah Kecamatan Long Ikis dan Long Kali.
Jaringan telekomunikasi di dua desa yang dilawati jalan provinsi ini sangat memprihatinkan. Signal hanya bisa didapati di tempat-tempat tertentu, misalnya di dataran tinggi. Ironisnya, sebagian besar wilayah itu merupakan hutan atau kebun yang jarang didatangi warga.
Jadi tempat-tempat inilah yang kemudian dijadikan ‘sekolah darurat’ bagi para siswa untuk belajar. Anak-anak dari berbagai usia sekolah, seperti SD, SMP dan SLTA duduk bersama, memegang HP dan belajar online.
Di desa Pinang Jatus, warga mendirikan tenda-tenda di dekat hutan sebagai tempat belajar anak-anak. Lokasinya agak jauh dari jalan utama, namun bisa dicapai dengan kendaraan roda 4. “Umumnya anak-anak (para siswa) mendatangi tempat itu dengan sepeda motor, tapi kalau hujan mereka jalan kaki,” kata salah seorang wali murid yang juga pengurus PKK desa itu.
Sementara itu Kepala Desa Pinang Jatus Geramsyah mengatakan bahwa di tempat itu ada beberapa tenda yang didirikan oleh orang tua siswa. “Para siswa ada yang sekolah SMA di Samarinda namun sejak April lalu sudah belajar online dari sini. Ada juga siswa SMP dan SDN 013 Long Kali,” lanjut Geramsyah.
Sementara itu warga Desa Belimbing agak sedikit beruntung, karena tempat belajar para siswa ada di pinggir jalan, di seberang kantor desa. Saat didatangi oleh Humas, Senin (23/11), sekitar 20an siswa sedang duduk di sebuah rumah kecil yang depannya memiliki dua meja panjang sederhana yang selama ini difungsikan sebagai warung.
Meja panjang itulah yang digunakan oleh anak-anak untuk belajar online. Para siswa yang belajar di tempat itu, ada yang SMK, SMP Tiwei dan murid SDN 010 Long Ikis di Belimbing. Salah satu siswa SMK Muhammadiyah Long Ikis, Rahmadiansyah mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya sudah hampir setahun belajar di tempat itu, sejak kelas 3 SMP sampai kini sudah duduk di kelas 1 SMK.
“Sejak di SMK kami belum pernah masuk sekolah, jadi belum kenal sama teman-teman sekolah. Kami di sini cuma kenal dengan teman-teman yang sama-sama belajar online,” kata Rahmadiansyah. Meski belajar online, dia tetap memakai celana seragam SMA. Dia mengaku tetap menggunakan seragam karena sewaktu-waktu diminta gurunya untuk live. (humas)