TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER - Syahriansyah (53), warga Desa Damit, Pasir Belekong merupakan salah satu rombongan pengantin laki-laki yang selamat dari musibah kapal nelayan tenggelam di perairan Tanjung Aru sekitar pukul 15.00 Wita, Kamis (5/5/2016) lalu.
Syahriansyah selamat setelah berpegangan alat tangkap ikan (pukat harimau) yang ada di kapal.
Saat musibah kapal tenggelam, Syahrinsyah berada di kamar kapal bersama Hapsah dan Aulia, anaknya yang berusia 3 tahun.
Selebihnya penumpang yang lain memilih menempati bagian depan dan belakang kapal. Bahkan ada duduk di atas atau atap kamar kapal.
"Waktu itu tiba-tiba saya mendengar suara benturan. Kapal miring dan tertelungkup, kemudian kembali ke posisi asal. Saat kapal tertelungkup, saya hanya bisa melihat cahaya samar-samar dari pintu kamar. Saya keluar dan muncul di permukaan," tutur Syahrinsyah kepada Tribunkaltim.co, Jumat (6/5/2016).
Ketika sampai di permukaan, Syahriansyah melihat puluhan orang berpegangan pelampung alat tangkap ikan (pukat harimau). Dia menduga alat tangkap dan orang-orang itu keluar dari kapal saat badan kapal tertelungkup.
"Saya tidak tahu persis penyebab suara benturan itu. Yang saya tahu, setelah suara itu posisi duduk tergeser. Kapal pun miring dan terbalik. Ketika di permukaan, puluhan orang sudah berpegangan pelampung, mungkin itu terjadi karena kapal sempat tertelungkup," ucapnya.
Posisi kapal terbalik dekat gosong yang namanya Tanjung Selengot, masih cukup jauh dari perkampungan nelayan. Anak buah kapal (ABK) meminta semua penumpang berpegangan pelampung alat tangkap ikan, dan salah satu penumpang berenang mencari pertolongan.
Baca: Panggai Sebutan Lokal Pukat, yang Tenggelam Kapal Putra Iraya
"Orang itu belarut (berenang mengikuti arus ombak) berpegangan jeriken 5 liter guna mencari pertolongan. Cukup lama kami menunggu, ada mungkin 2 jam, barulah kapal nelayan datang bersama orang yang belarut tadi," kata Syahriansyah mengenang peristiwa menegangkan itu.
Seorang penumpang selamat mengaku sempat bertemu perahu nelayan. Tapi karena perahunya kecil, nelayan itu diminta mencari kapal nelayan yang lebih besar karena puluhan orang yang harus ditolong.
Saat ditanya apakah kapal sarat dengan penumpang, Syahriansyah secara tidak langsung membenarkan. "Saya kira memang itu sudah menjadi kebiasaan, memang bukan kapal untuk penumpang, dilihat dari peralatan yang dibawa itu kapal tangkap ikan," ungkapnya.
Ada Pusaran Air di Lokasi Kejadian
Syahriansyah mengaku sempat melihat pusaran air layaknya puting beliung sesaat sebelum kapal yang ditumpanginya tenggelam.
"Nelayan sekitar banyak yang bilang kalau daerah itu terkenal angker. Bukan kali ini saja terjadi tapi sudah sering terjadi musibah kapal tenggelam, dan banyak juga menelan korban jiwa," tutur Syahriansyah.
Sebelum sampai di lokasi kejadian, kipas yang menjadi pendorong kapal yang ditumpangi terbelit jaring alat tangkap ikan. Kipas tak bisa berputar, ABK kemudian terjun ke air, tapi jaring tak bisa dipotong karena pisau dibawa tumpul.
Di sela-sela penjelasannya, Kapolres AKBP Chritian Torry didampingi Kapolsek Pasir Belengkong menyampaikan ucapan turut berduka cita kepada keluarga almarhumah Umi Kalsum, yang tidak lain adalah keponakan dari Syahriansyah sendiri.
"Kami turut berduka cita, semoga keluarga yang ditinggalkan tabah menghadapi musibah ini," kata Torry. (*)