Keindahan dataran tinggi dengan selimut
kabut bak negeri di atas awan di Bumi Daya Taka ternyata bukan hanya milik
Gunung Boga. Di bagian lain, seperti di Rantau Buta Kecamatan Batu Sopang,
banyak lokasi seperti Gunung Boga. Hanya saja, infrastruktur perhubungan
menyebabkan lokasi ini seakan terabaikan.
Matahari masih malu-malu menampakkan
sinarnya ketika iring-iringan kendaraan Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan
(dulu Humas dan Protokol) Setda Paser menapaki jalan berlumpur menuju Desa
Rantau Buta. Ahad Pagi, di awal Agustus 2020. Bersama mereka, ada juga
kendaraan yang membawa protokol Provinsi Kalimantan Timur.
Semua pasti setuju, kondisi jalan menuju
Rantau Buta, yang hanya 12 kilometer rusak parah. Tidak masuk akal kalau
Indonesia sudah merdeka 70 tahun. Lebih tidak masuk akal lagi, sekitar 20
kilometer dari jalan rusak itu, ada perusahaan besar yang mengambil beribu-ribu
ton batu bara dari dalam perut Kalimantan.
Akses menuju Rantau Buta bisa dilalui
dengan jalan darat dan sungai. Waktu ke sana pada 2009, kami melewati sungai.
Kiri kanan yang dilihat hanya bebatuan dan pohon-pohon. Sesekali tampak satwa
liar dan bunyi burung uak-uak.
Kini, kami mengunjungi desa dengan
populasi 36 Kepala Keluarga ini, lewat jalan darat. Permukaan kontur tanah
berbukit-bukit. Sebagian besar jalan sudah diperbaiki dalam bentuk paving, sehingga mudah dilewati,
meskipun hanya selebar satu kendaraan. Jika berselisihan, salah satu kendaraan
harus mundur beberapa puluh (mungkin ratus) meter untuk mencari tempat menepi.
Kondisi jalan seperti ini ada yang mendaki sepanjang ratusan meter. Silakan
dibayangkan bagaimana bisa berselisihan.
Yang belum diperbaiki, kondisinya jauh lebih
mengenaskan. Lumpur ibarat bubur raksasa yang siap menelan kendaraan sebesar
apapun, berikut penumpangnya. Di sebuah lembah ada sungai dengan kedalaman
sekitar 20 – 30 meter. Jembatannya dari deretan pohon kelapa. Jika kendaraan
terpeleset, ada dua kemungkinan. Ke kanan tercebur di kolam, ke kiri masuk
jurang.
Setelah jembatan itu, ada tanjakan curam
dengan jalan tanah. Jalan ini, hanya bisa dilewati kendaraan tertentu, 4 wheel drive ditambah ban rimba, ditambah
pula sopir yang berpengalaman. Jika salah satu dari tiga syarat ini tak
terpenuhi, maka dipastikan mobil tidak akan sampai di atas. Semua mobil yang
melewati jalan ini membuat penumpangnya seperti naik kuda. Kepala bergoyang ke
belakang dan ke depan, ke kiri dan ke kanan.
Lalu apa hubungannya kondisi jalan
dengan keindahan Gunung Boga? Ternyata medan yang sangat berat tadi merupakan
salah satu dari puluhan tanjakan yang mengantar pengendara menuju puncak gunung
dengan pemandangan yang luar biasa indah. Entah apa dalam benak orang yang
membuat jalan ini dulunya. Imajinasi langsung melayang ke Pablo Picasso dengan
karyanya The Weeping Woman, atau
Leonardo da Vinci dengan Monalisa-nya.
Setelah menapaki jalan berbatu di lereng
dan puncak bukit-bukit, terlihat puncak beberapa puncak bukit lain di kiri
kanan, yang dipisahkan oleh lembah penuh kabut. Teman satu mobil, dari protokol
Provinsi Kalimantan Timur langsung mengucapkan: terbayar susahnya perjalanan
setelah menikmati pemandangan bukit-bukit. Staf Humas Paser tak henti-hentinya
mengabadikan negeri-negeri di atas awan itu melalui kamera telepon selulernya.
Nah bagaimana dengan Gunung Boga.
Jalanan dari simpang Lolo (jalan negara) menuju Luan (desa tempat Gunung Boga) bisa
dilalui mobil jenis MVP. Kebanyakan pengunjung menggunakan roda dua jenis scooter. Durasi perjalanan sekitar 30
menit. Dari Luan menuju puncak sekitar 10 menit. Sementara jalan menuju Rantau
Buta, atau Gubernur menyebutnya ‘Rantau Tuli’, perlu perjuangan ekstra. Scooter? No way.
Bisa dibayangkan, jika jalanan menuju
Rantau Buta, atau bahkan sampai Rantau Layung yang sekitar 20 kilo lagi, dalam
kondisi layak pakai. Tahun ini Gunung Boga bertengger di jajaran elit tempat
wisata nasional dan mewakili Kalimantan Timur dalam Anugerah Pesona Indonesia
(API) 2020 kategori Dataran Tinggi. Tahun depan, atau mungkin depannya lagi,
(atau depannya lagi, paling tidak ada harapan), deretan bukit di alam Batu
Sopang sebelah utara bisa mengikuti jejak Gunung Boga.
Untuk saat ini, mari kita dukung Gunung
Boga agar bisa menang di API award 2020
kategori Dataran Tinggi. Caranya, ketik API
10D kirim SMS ke 99386. (aks)
Tana
Paser, 3 Agustus 2020
Penulis
Abd. Kadir Sambolangi, S.S., M.A.
Kepala Subbagian Komunikasi
Pimpinan
Bagian Protokol dan Komunikasi
Pimpinan
Sekretariat Daerah Kabupaten Paser