TANA PASER- Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kabupaten Paser kian sulit diatasi akibat kemarau panjang dan cuaca panas ekstrem di bulan September ini. Berbagai upaya untuk mengatasinya dilakukan berbagai pihak sambil berharap pada pertolongan Yang Mahakuasa.
Sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW, jika terjadi kemarau dianjurkan untuk melaksanakan sholat istisqo atau salat meminta hujan. Untuk itulah, Rabu (18/9) MAN Insan Cendekia Paser melaksanakan sholat istisqo.
Bertindak selaku imam sekaligus khatib oleh ustadz muda alumni Ponpes Tebuireng Jawa Timur, sekaligus pembina asrama putra MAN IC ustaz Ibnu Athaillah. Pelaksanakan salat istisqa diikuti oleh seluruh guru dan tenaga kependidikan serta seluruh siswa MAN IC Paser.
Dalam khutbahnya, Ustadz Atho, sapaan akrab ustadz Ibnu Athaillah, menyampaikan kepada jamaah agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dengan memperbanyak taubat kepadanya.
“Taubat dalam arti meninggalkan perkara-perkara yang tercela dalam pandangan agama, baik itu haram maupun yang sifatnya makruh (perkara yang dibenci agama). Setiap orang hendaknya bertaubat menurut kapasitasnya masing-masing,” katanya.
Pada musim kemarau ini lanjutnya Atho, sudah merasakan ujian dari Allah SWT, dari cuaca yang sangat panas pada siang hari dan sangat dingin di malam hari. Lalu kabut asap yang sempat menyelimuti kota Tanah Grogot dan sekitarnya.
“ Kondisi yang kita rasakan ini semoga menjadi pengingat agar kita taubat atau kembali kepada Allah SWT. Untuk itu mari kita memperbanyak istighfar karena dengan istigfar, Insyaallah,
dia(Allah) akan mengirimkan hujan lebat kepada kita, sebagimana firman Allah. Maka aku (Nabi Nuh), katakan kepada mereka (kaumnya), Istigfarlah (Mohonlah ampunan) kepada Tuhanmu, sesungguhnya
dia adalah maha pengampun. Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.” ucap nya.
Menurut Atho, bertaubat tidaklah harus menunggu perbuatan dosa terlebih dahulu, tetapi setiap dosa harus segera ditaubati. Karena pada dasarnya manusia berada dalam kubangan dosa. Baik dosa lahir yang kasat mata maupun dosa batin yang tersembunyi dilakukan hati.
“Nabi SAW mengingatkan. Barangsiapa bertaubat tapi tidak , meninggalkan kesombongan dan kecongkakannya, berarti dia belum bertaubat.” tandasnya.
Bertaubat lanjut Atho, tidaklah identik dengan baju koko, peci atau sorban dan sajadah, tetapi modal bertaubat adalah dengan tekad bulat dan niat yang mantap dalam hati untuk tidak megulangi kesalahan yang sama serta kesadaran bahwa hanya Allah yang member petunjuk sekaligus maha penerima taubat.
“ Nabi Adam alaihis salam telah membuktikan, dengan pengakuan akan dosa dan kebulatan tekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya, Allah SWT menerima taubatnya setelah Nabi Adam tergoda setan memakan buah khuldi di surga,” sebunya.
Di akhir khutbah, ustadz Atho memimpin doa istisqa yang pada intinya memohon kepada Allah agar Allah menurunkan hujan yang bermanfaat, yang tenang dan nikmat, turun dengan deras, merata, berlimpah ruah, menyeluruh, tidak berbahaya, dengan air hujan itu negeri menjadi subur dan para hamba mendapatkan pertolongan.
“Yaa Allah, siramkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang beputus asa. Aamiin yaa Mujiibas Saailiin,” ucapnya mengakhiri doanya. (har-/humas)