Pesan Bupati Saat Melantik Kadis Pertanian Ir Karoding
TANA
PASER- Anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang terjadi saat
ini di Indonesia di antaranya dirasakan petani kelapa sawit di Kabupaten
Paser akibat boikot Uni Eropa terhadap crude pal oil (CPO) Indonesia, menjadi perhatian besar dan serius
Pemerintah Kabupaten Paser.
Bahkan,
Bupati Paser H Yusrinasyah Syarkawi tidak hanya melakukan fasilitasi
pertemuan di antaranya dengan petani kelapa sawit yang tergabung
dalam forum petani kelapa sawit Kabupaten Paser dengan keluarganya beberapa
kesepakatan, namun juga saat melantik Ir
Karoding sebagai Kadis Pertanian Paser, Yusriansyah secara khusus meminta
mantan Asisten Ekonomi Setda Paser ini untuk melakukan pembenahan.
Menurut Bupati, Pertanian merupakan
sektor yang terbesar dalam menopang PDRB Kabupaten Paser, di luar sektor
pertambangan, dan merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di
daerah ini.
“ Terkait dengan hal itu, saya tugasi
saudara untuk membenahi mata rantai tata niaga kelapa sawit yang akhir-akhir
ini menyita perhatian masyarakat karena rendahnya harga jual tandan buah
segar,” pesan Bupati kepada Karoding yang menggantikan Boy Susanto sebagai
Kadis Pertanian.
Menurut Yusriansyah, tren penurunan
harga TBS kelapa sawit hingga saat ini
masih berlangsung dan merugikan petani kelapa sawit di Kabupaten Paser.
“Saya sadar bahwa persoalan harga ini
bukanlah persoalan dengan penyebab yang sederhana. Kompleksitasnya sangat tinggi.
Tetapi dengan pencermatan yang mendalam terhadap akar masalah dan koordinasi
yang intensif dengan semua pemangku kepentingan, saya berharap saudara mampu
mengurai benang kusut persoalan ini,” tegas Yusriansyah saat melantik dan
mengambil sumpah 156 Aparat Sipil Negara (ASN) di jajaran Pemkab Paser,
Rabu (7/8) di Pendopo Bupati.
Seperti diwartakan media nasional,
Perang Dagang antara Amerika Serikat dengan China berimbas langsung pada
pembelian TBS di tingkat petani. Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS)
Mansuetus Darto mengatakan bahwa harga TBS menurun secara drastis bahkan berada
pada level meresahkan bagi para petani akibat dari perang dagang di level
internasional.
"Bukan pembelian berkurang tapi harga
turun. Sekarang harga sudah mencapai Rp800-Rp1000 per kg. Ini sudah meresahkan
banget," katanya kepada Bisnis pada Selasa, (11/7).
Menurutnya,
akibat perang dagang antara AS dengan China terdampak langsung ke petani sawit.
Dampak pada permintaan barang dari indonesia khususnya CPO itu berkurang,
sedangkan produksi justru meningkat. "Kita sudah over produksi. Karena
kebun luas, permintaan berkurang karena China terkena krisis akibat perang
dengan US. Sehingga dampak pada permintaan barang dari indonesia khususnya CPO.
Petani yang jadi kena imbasnya," katanya. (har-/humas)